Diantara
Asmaul Husna yang dimiliki Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Al-Hakim yang
bermakna : “Yang menetapkan Hukum, atau Yang mempunyai sifat Hikmah, di mana
Allah tidak berkata dan bertindak dengan sia-sia.
Oleh karena itulah semua
syari’at Allah Subhanahu wa Ta’ala mempunyai kebaikan yang besar dan manfaat
yang banyak bagi hamba-Nya di dunia seperti kebagusan hati, ketenangan jiwa dan
kebaikan keadaan. Juga akibat yang baik dan kemenangan yang besar di kampung
kenikmatan (akhirat) dengan melihat wajah-Nya dan mendapatkan ridha-Nya.
Demikian
pula haji, sebuah ibadah tahunan yang besar yang Allah syari’atkan bagi para
hamba-Nya, mempunyai berbagai manfaat yang besar dan tujuan yang besar pula,
yang membawa kebaikan di dunia dan akhirat. Dan diantara hikmah ibadah haji ini
adalah.
- Mengikhlaskan Seluruh Ibadah
Beribadah semata-mata untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menghadapkan hati
kepada-Nya dengan keyakinan bahwa tidak ada yang diibadahi dengan haq, kecuali
Dia dan bahwa Dia adalah satu-satunya pemilik nama-nama yang indah dan
sifat-sifat yang mulia. Tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak ada yang menyerupai-Nya
dan tidak ada tandingan-Nya.
Dan
hal ini telah diisyaratkan dalam firman-Nya.
وَإِذْ بَوَّأْنَا لِإِبْرَاهِيمَ مَكَانَ الْبَيْتِ أَنْ لَا
تُشْرِكْ بِي شَيْئًا وَطَهِّرْ بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْقَائِمِينَ
وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ
“Dan
ingatlah ketika Kami menempatkan tempat Baitullah untuk Ibrahim dengan
menyatakan ; “Janganlah engkau menyekutukan Aku dengan apapun dan sucikan
rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf, beribadah, ruku dan sujud”
[al-Hajj/22: 26]
Mensucikan
rumah-Nya di dalam hal ini adalah dengan cara beribadah semata-mata kepada
Allah di dekat rumah-Nya (Ka’bah) yang mulia, mebersihkan sekitar Ka’bah dari
berhala-berhala, patung-patung, najis-najis yang Allah Subhanahu wa Ta’ala
haramkan serta dari segala hal yang mengganggu orang-orang yang sedang
menjalankan haji atau umrah atau hal-hal lain yang menyibukkan (melalaikan,
-pent) dari tujuan mereka.
- Mendapat Ampunan Dosa-Dosa Dan Balasan Jannah
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ
صلى الله عليه وسلم قَالَ : اَلْعُمْرَةُ إِلَى اَلْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا
بَيْنَهُمَا, وَالْحَجُّ اَلْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا اَلْجَنَّةَ
“Dari
Abu Hurairah bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Satu umrah
sampai umrah yang lain adalah sebagai penghapus dosa antara keduanya dan tidak
ada balasan bagi haji mabrur kecuali jannah” [HR Bukhari dan Muslim, Bahjatun
Nanzhirin no. 1275]
مَنْ حَجَّ لِلَّه فَلَمْ يَرْفُثْ وَ لَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ
كَيَوْمٍ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
“Abu
Hurairah Radhiyallahu ‘anhu berkata : “Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda bahwa barang siapa berhaji ke Baitullah ini karena Allah,
tidak melakukan rafats dan fusuuq, niscaya ia kembali seperti hari ia
dilahirkan oleh ibunya” [HR Bukhari]
Rafats
: jima’ ; pendahuluannya dan ucapan kotor, Fusuuq : kemaksiatan
Sesungguhnya
barangsiapa mendatangi Ka’bah, kemudian menunaikan haji atau umrah dengan baik,
tanpa rafats dan fusuuq serta dengan ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’ala
semata, niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuni dosa-dosanya dan
menuliskan jannah baginya. Dan hal inilah yang didambakan oleh setiap mu’min
dan mu’minah yaitu meraih keberuntungan berupa jannah dan selamat dari neraka.
- Menyambut Seruan Nabi Ibrahima Alaihissalam
وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا
وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ
“Dan
serulah manusia untuk berhaji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan
berjalan kaki dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru
yang jauh”[al-Hajj/22: 27]
Nabi
Ibrahim Alaihissalam telah menyerukan (agar berhaji) kepada manusia. Dan Allah
Subhanahu wa Ta’ala menjadikan siapa saja yang Dia kehendaki (untuk bisa)
mendengar seruan Nabi Ibrahim Alaihissalam tersebut dan menyambutnya. Hal itu
berlangsung semenjak zaman Nabi Ibrahim hingga sekarang.
- Menyaksikan Berbagai Manfaat Bagi Kaum Muslimin
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ
“Agar
supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka” [al-Hajj/22: 28]
Alah
Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan manfaat-manfaat dengan muthlaq (secara umum
tanpa ikatan) dan mubham (tanpa penjelasan) karena banyaknya dan besarnya
menafaat-manfaat yang segera terjadi dan nanti akan terjadi baik duniawi maupun
ukhrawi.
Dan
diantara yang terbesar adalah menyaksikan tauhid-Nya, yakni mereka beribadah
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semata-mata. Mereka datang dengan niat mencari
wajah-Nya yang mulia bukan karena riya’ (dilihat orang lain) dan juga bukan
karena sum’ah (dibicarakan orang lain). Bahkan mereka betauhid dan ikhlas
kepada-Nya, serta mengikrarkan (tauhid) di antara hamba-hamba-Nya, dan saling
menasehati di antara orang-orang yang datang (berhaji dan sebagainya,-pent)
tentangnya (tauhid).
Mereka
thawaf mengelilingi Ka’bah, mengagungkan-Nya, menjalankan shalat di rumah-Nya,
memohon karunia-Nya, berdo’a supaya ibadah haji mereka diterima, dosa-dosa
mereka diampuni, dikembalikan dengan selamat ke nergara masing-masing dan
diberi anugerah kembali lagi untuk berdo’a dan merendah diri kepda-Nya.
Mereka
mengucapkan talbiyah dengan keras sehingga di dengar oleh orang yang dekat
ataupun yang jauh, dan yang lain bisa mempelajarinya agar mengetahui maknanya,
merasakannya, mewujudkan di dalam hati, lisan dan amalan mereka. Dan bahwa
maknanya adalah : Mengikhlaskan ibadah semata-mata untuk Allah dan beriman
bahwa Dia adalah ‘ilah mereka yang haq, Pencipta mereka, Pemberi rizki mereka,
Yang diibadahi sewaktu haji dan lainnya.
- Saling Mengenal Dan Saling Menasehati
Dan diantara hikmah haji adalah bahwa kaum muslimin bisa saling mengenal dan
saling berwasiat dan menasehati dengan al-haq. Mereka datang dari segala
penjuru, dari barat, timur, selatan dan utara Makkah, berkumpul di rumah Allah
Subhanahu wa Ta’ala yang tua, di Arafah, di Muzdalifah, di Mina dan di Makkah.
Mereka saling mengenal, saling menasehati, sebagian mengajari yang lain,
membimbing, menolong, membantu untuk maslahat-maslahat dunia akhirat, maslahat
taklim tata cara haji, shalat, zakat, maslahat bimbingan, pengarahan dan dakwah
ke jala Allah.
Mereka
bisa mendengar dari para ulama, apa yang bermanfaat bagi mereka yang di sana
terdapat petunjuk dan bimbingan menuju jalan yang lurus, jalan kebahagiaan
menuju tauhidullah dan ikhlas kepada-Nya, menuju ketaatan yang diwajibkan oleh
Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengetahui kemaksiatan untuk dijauhi, dan supaya
mereka mengetahui batas-batas Allah dan mereka bisa saling menolong di dalam
kebaikan dan taqwa.
- Mempelajari Agama Allah Subhanahu wa Ta’ala
Dan diantara manfaat haji yang besar adalah bahwa mereka bisa mempelajari agama
Allah dilingkungan rumah Allah yang tua, dan di lingkungann masjid Nabawi dari
para ulama dan pembimbing serta memberi peringatan tentang apa yang mereka
tidak ketahui mengenai hukum-hukum agama, haji, umrah dan lainnya. Sehingga
mereka bisa menunaikan kewajiban mereka dengan ilmu.
Dari
Makkah inilah tertib ilmu itu, yaitu ilmu tauhid dan agama. Kemudian
(berkembang) dari Madinah, dari seluruh jazirah ini dan dari seluruh
negeri-negeri Allah Subhanahu wa Ta’ala yang ada ilmu dan ahli ilmu. Namun
semua asalnya adalah dari sini, dari lingkungan rumah Allah yang tua.
Maka
wajib bagi para ulama dan da’i, dimana saja mereka berada, terlebih lagi di
lingkungan rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala ini, untuk mengajari manusia,
orang-orang yang menunaikan haji dan umrah, orang-orang asli dan pendatang
serta para penziarah, tentang agama dan manasik haji mereka.
Seorang
muslim diperintahkan untuk belajar, bagaimanapun (keadaannya) ia, dimana saja
dan kapan saja ; tetapi di lingkungan rumah Allah yang tua, urusan ini (belajar
agama) lebih penting dan mendesak.
Dan
di antara tanda-tanda kebaikan dan kebahagian seseorang adalah belajar tentang
agama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Nabi Shallallahu ‘alaihi bersabda :
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ
“Barangsiapa
yang dikehendaki oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala memperoleh kebaikan, niscaya
Dia menjadikan faqih terhadap agama” [HR Bukhari, Kitab Al-Ilmi 3 bab : 14]
Di
sini, di negeri Allah, di negerimu dan di negeri mana saja, jika engkau dapati
seorang alim ahli syari’at Allah, maka pergunakanlah kesempatan. Janganlah
engkau takabur dan malas. Karena ilmu itu tidak bisa diraih oleh orang-orang
yang takabur, pemalas, lemah serta pemalu. Ilmu itu membutuhkan kesigapan dan
kemauan yang tinggi.
Mundur
dari menuntut ilmu, itu bukanlah sifat malu, tetapi suatu kelemahan. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
وَاللَّهُ لَا يَسْتَحْيِي مِنَ الْحَقِّ
“Dan
Allah tidak malu dari kebenaran” [al-Ahzab/ : 53]
Karenanya
seorang mukmin dan mukminah yang berpandangan luas, tidak akan malu dalam bab
ini ; bahkan ia maju, bertanya, menyelidiki dan menampakkan kemusykilan yang ia
miliki, sehingga hilanglah kemusykilan tersebut.
- Menyebarkan Ilmu
Di antara manfaat haji adalah menyebarkan ilmu kepada saudara-saudaranya yang
melaksanakan ibadah haji dan teman-temannya seperjalanan, yang di mobil, di
pesawat terbang, di tenda, di Mekkah dan di segala tempat. Ini adalah
kesempatan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala anugerahkan. Engkau bisa menyebarkan
ilmu-mu dan menjelaskan apa yang engkau miliki, akan tetapi haruslah dengan apa
yang engkau ketahui berdasarkan Al-Kitab dan As-Sunnah dan istimbath ahli ilmu
dari keduanya. Bukan dari kebodohan dan pemikiran-pemikiran yang menyimpang
dari Al-Kitab dan As-Sunnah.
- Memperbanyak Ketaatan
Di antara manfaat haji adalah memperbanyak shalat dan thawaf, sebagaimana
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
ثُمَّ لْيَقْضُوا تَفَثَهُمْ وَلْيُوفُوا نُذُورَهُمْ
وَلْيَطَّوَّفُوا بِالْبَيْتِ الْعَتِيقِ
“Kemudian
hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka ; hendaklah
mereka menyempurnakan nadzar-nadzar mereka dan hendaklah mereka berthawaf
sekeliling rumah yang tua itu (Ka’bah)” [Al-Hajj/22 : 29]
Maka
disyariatkan bagi orang yang menjalankan haji dan umrah untuk memperbanyak
thawaf semampunya dan memperbanyak shalat di tanah haram. Oleh karena itu
perbanyaklah shalat, qira’atul qur’an, tasbih, tahlil, dzikir. Juga
perbanyaklah amar ma’ruf nahi mungkar dan da’wah kepada jalan Allah Subhanahu
wa Ta’ala di mana banyak orang berkumpul dari Afrika, Eropa, Amerika, Asia dan
lainnya. Maka wajib bagi mereka untuk mempergunakan kesempatan ini
sebaik-baiknya.
- Menunaikan Nadzar
Walaupun nadzar itu sebaiknya tidak dilakukan, akan tetapi seandainya seseorang
telah bernadzar untuk melakukan ketaatan, maka wajib baginya untuk memenuhinya.
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
مَنْ نَذَرَ أَنْ يُطِيعَ اللَّهَ فَلْيُطِعْهُ
“Barangsiapa
bernadzar untuk mentaati Allah, maka hendaklah dia mentaati-Nya” [HR Bukhari]
Maka
apabila seseorang bernadzar di tanah haram ini berupa shalat, thawaf ataupun
ibadah lainnya, maka wajib baginya untuk menunaikannya di tanah haram ini.
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
وَلْيُوفُوا نُذُورَهُمْ
“Dan
hendaklah mereka menunaikan nadzar” [al-Hajj/22: 29]
- Menolong Dan Berbuat Baik Kepada Orang Miskin
Di antara manfaat haji adalah bisa menolong dan berbuat baik kepada orang
miskin baik yang sedang menjalankan haji atau tidak di negeri yang aman ini.
Seseorang
dapat mengobati orang sakit, menjenguknya, menunjukkan ke rumah sakit dan menolongnya
dengan harta serta obat.
Ini
semua termasuk manfaat-manfaat haji.
لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ
“….agar
mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka” [al-Hajj/22: 28]
- Memperbanyak Dzikir Kepada Allah
Di negeri yang aman ini hendaklah memperbanyak dzikir kepada Allah, baik dalam
keadaan berdiri, duduk dan bebaring, dengan tasbih (ucapan Subhanallah),
hamdalah (ucapan Alhamdulillah), tahlil (ucapan Laa ilaaha ilallah), takbir
(ucapan Allahu Akbar) dan hauqallah (ucapan Laa haula wa laa quwata illa
billah).
Dari
Abu Musa Al-As’ari Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :
مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لَا يَذْكُرُ
رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
“Perumpamaan
orang yang mengingat Rabb-nya dan yang tidak mengingat-Nya adalah sebagai orang
hidup dan yang mati”. [HR Bukhari, Bahjatun Nadzirin no. 1434]
- Berdo’a Kepada-Nya
Di antara manfaat haji, hendaknya bersungguh-sungguh merendahkan diri dan terus
menerus berdo’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, agar Dia menerima amal,
membereskan hati dan perbuatan ; agar Dia menolong untuk mengingat-Nya,
bersyukur kepada-Nya dan memperbagus ibadah kepada-Nya ; agar Dia menolong
untuk menunaikan kewajiban dengan sifat yang Dia ridhai serta agar Dia menolong
untuk berbuat baik kepada hamba-hamba-Nya.
- Menunaikan Manasik Dengan Sebaik-Baiknya
Di antara manfaat haji, hendaknya melaksanakannya dengan sesempurna mungkin,
dengan sebaik-baiknya dan seikhlas mungkin baik sewaktu melakukan thawaf, sa’i,
wukuf di Arafah, berada di Muzdalifah, melempar jumrah, maupun sewaktu shalat,
qira’atul qur’an, berdzikir, berdo’a dan lainnya. Juga hendaknya
mengupayakannya dengan kosentrasi dan ikhlas.
- Menyembelih Kurban
Di antara manfaat haji adalah menyembelih (binatang) kurban, baik yang wajib
tatkala berihram tammatu dan qiran, maupun tidak wajib yaitu untuk taqarrub
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sewaktu
haji wada’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah berkurban 100 ekor
binatang. Para sahabat juga menyembelih kurban. Kurban itu adalah suatu ibadah,
karena daging kurban dibagikan kepada orang-orang miskin dan yang membutuhkan
di hari-hari Mina dan lainnya.
Demikianlah
sebagian hikmah dari ibadah haji (rukun Islam yang ke lima) mudah-mudahan kita
bisa mengambil manfaatnya, dan senantiasa diberi petunjuk dari Allah Subhanahu
wa Ta’ala serta diberi kemudahan untuk menunaikannya. Amin